Kebijakan Naikkan Harga BBM Tuai Banyak Kecaman

oleh
oleh

Makassar, Inilah.ID – Kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menuai banyak kecaman.

Keputusan itu dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil, malah semakin menghimpit ekonomi bagi kaum rakyat proletary, belum lagi harga bahan pokok lainnya.

Seperti dalam pandangan Ibnu Hadjar Yusuf, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Dia menyakini hal itu berimbas terhadap harga bahan kebutuhan pokok ikut meroket.

“Pemerintah telah berupaya sekuat tenaga melindungi rakyat dari gejolak minyak Dunia” ini adalah kalimat pernyataaan pemerintah yang sangat apologistik adalah Bahasa 

pengkondisian bagi rakyat agar segera menerima kenaikan harga BBM dalam artian rakyat dipaksa lagi menelan pil pahit,”

“Hal kebijakan sektor energi nasional yang selama ini berbasiskan energi fosil ke energi baru terbarukan yang tanpa emisi karbon harus dipercepat sehingga krisis energi yang dipicu oleh konflik Rusia – Ukraina tidak memberikan tekanan kepada ketahanan energi nasional,” ujarnya dalam keterangan yang diterima, Senin (5/9/2022).

Diketahui, harga BBM subsidi jenis pertalite

dan solar resmi naik dan pertamax nonsubsidi juga ikut naik demikan disampaikan oleh Menteri ESDM Arifin tasrif dalam konferensi pers di Istana negara sabtu 3/9/2022 pukul 14.30 WIB.

“Artinya kementrian ESDM dalam hal ini bapak Arfin Tasrif harus bertanggung 

jawab terhadap kesediaan dan ketahanan energi nasional, jangan anda tidak bisa berbuat apa-apa sebagai meneteri kemudian menaikkan harga BBM sebagai Langkah solutif pada hal membebani rakyat,”

“Kalau kondsisi seperti ini harusnya Menteri ESDM mundur saja dari 

jabatannya. potensi terjadinya gelombang massa dari elemen mahasiswa seluruh Indonesia besok akan semakin massif dan potensi menyatunya elemen masyarakat, mahasiswa akan bergelombang turun kejalan menuntut pemerintah membatalkan kebijakan naiknya Harga 

BBM,” sambungnya.

Menurutnya, dengan dasar atau sebagai gelombang pemantik adalah kebijakan yang tidak pro kepada rakyat. 

Disaat harga bahan pokok masih tinggi (belum stabil) kemudian pemerintah tergesa-gesa lagi menaikkan harga BBM tanpa memikirkan kehidupan masyarakat kecil yang terus dihimpit oleha tekanan ekonomi serba kesulitan, derita rakyat Indonesia siapa yang bertanggung jawab.