Kepala Dishub Makassar Minta Personel Lebih Disiplin Atasi Macet dan Pak Ogah

oleh
oleh

Makassar, Inilah.ID – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar, Aulia Arsyad mengaku masih ada banyak hal yang perlu ditekankan pada jajarannya.

Yang paling penting yaitu masalah kedisiplinan. Olehnya meminta personel lebih disiplin, terutama saat menangani kemacetan dan pak ogah di beberapa titik.

“Saat ini masih banyak yang tidak disiplin. Mereka inikan rerata Laskar Pelangi yang baru, belum mengikuti pelatihan terkait dengan pengaturan lalu lintas. Insya Allah diperubahan kami bisa lakukan (pelatihan),” kata Aulia, Kamis (9/3/2023).

Hal itu disampaikan saat ditemui dalam forum RKPD tahun anggaran 2023 bertajuk pelayanan sektor transportasi yang modern, terpadu, aman dan resilient city di Hotel Aston.

Aulia menambahkan, terlebih dahulu akan melakukan pembinaan dengan melakukan pelatihan bagaimana mengatur lalu lintas di lapangan.

Kemacetan di ruas jalan Kota Makassar memang kerap dikeluhkan masyarakat. Banyaknya pak ogah di jalan juga menambah persoalan kemacetan.

“Kalau kendaraan berbalik arah itu bisa lebih cepat putar cuman karena ada pak ogah makanya jadi melebar,” ujar mantan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) ini. Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka personel dishub akan di tempatkan di titik-titik persimpangan atau balik arah,”

“Solusinya dishub itu harus ada disitu tidak boleh tinggalkan tempat, karena teman-teman personil yang ada di situ kami sudah berikan jam operasional mulai dari pukul 6.30 hingga pukul 13.30 untuk shift pertama. Shift kedua pukul 13.30 hingga 20.00, itu kami harapkan mereka ada di tempat itu,” tegas Aulia.

Dia juga mengaku secara umum, Dishub Makassar masih membutuhkan penambahan personil. Dalam waktu ini kata dia, akan mengumpulkan seluruh personel untuk memetakan jumlah personel di titik-titik rawan kemacetan.

“Saya akan lakukan pertemuan di masing-masing kecamatan bersama personil mengatur di mana titik rawannya kemacetan dan berapa kebutuhan personil di masing masing wilayah karena kami tidak bisa langsung menyebut personil, misalnya kami butuh 100 orang, padahal kami tidak mengukur dulu di titik rawan personil,” tutupnya.