Makassar, Inilah.ID – Pusat Studi Gender dan Ramah Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) berupaya mewujudkan pesantren ramah anak.
Salah satunya dengan menjalin kerja sama bersam UNICEF untuk menghadirkan program pesantren ramah anak. Seremoni peluncuran berlangsung di Four Point Sheraton Hotel Makassar pada Senin (5/6/2023)
Ketua Panitia, Nursalam mengatakan program ini diinisiasi oleh PSGA didukung UNICEF dalam upaya mewujudkan pesantren ramah anak. Selain melibatkan pesantren, juga beberapa dinas terkait diantaranya, Dinas Sosial, DP3A, Dinas Kesehatan dan lainnya.
“Sejak tahun 2021, oleh PSGA UINAM telah melatih para pembina pesantren dalam hal persiapan pesantren ramah anak yang melakukan review kebijakan dari tingkat pusat hingga daerah. Juga melakukan pengambilan materi sebagai bahan pelatihan untuk pesantren-pesantren,” bebernya.
Pada pesantren ramah anak juga telah disusun sebuah modul sejumlah kekerasan dan dampak mental.
Wakil Rektor Bidan Akademik, Prof Dr Mardan MAg, bahwa sangat penting membahas bagaimana pembinaan dan pendidikan anak, ramah anak adalah program yang bagus dilingkungan pesantren. Karena anak adalah aset bangsa yang berperan di masa depan dan berkualitas serta berdaya saing.
“Menurut hemat saya, pesantren itu sebagai lembaga terbaik dalam membina dan mengasuh anak, tapi kalau ada kekerasan kepada anak didik dilingkup pesantren saya kecewa,” kata dia.
Oleh karena itu, dirinya berharap bahwa kekerasan pada anak hanya sebatas sebagai langkah preventif, dan tidak ada kasus. Agar terciptanya nol kasus perlu bersinergi bersama dalam menjalankan tanggung jawab program pesantren ramah anak tersebut.
“Mudah-mudahan hanya bentuk preventif, karena saya kira dengan kasus yang terjadi dimana-mana, orang tua memperkosa anak, guru memperkosa anak didik. Para guru seharusnya menjadi teladan. Saya kira kejadian tidak terpuji tersebut hanya menjadi wacana bukan kenyataan,” tekannya.
Ketua PSGA UINAM, Rosmini Amin mengungkap bahwa pesantren ramah anak sangat penting untuk memperoleh pendidikan agama, pendidikan karakter, untuk generasi muda. Program ini berkaca pada kasus-kasus kekeran di pesantren yang muncul di berita seperti bully, kekerasan fisik, non-fisik, bahkan kekerasan seksual.
“Pesantren sebenarnya memiliki dua fungsi, peran pendidikan dan pengasuhan. Namun dipesantren-pedantren peran pengasuhan belum diutamakan sehingga kita mendapatkan banyak kasus-kasus kekerasan terjadi. Masih banyak dari kita yang menjalankan peran-peran pengasuhan dipesantren yang perlu diprioritaskan, karena santri tinggal 24 jam di pesantren, sehingga pola pengasuhan ini diperlukan,” tekannya.
Menurutnya lagi, pesantren merupakan tempat bagi anak melakukan interaksi yang terjalin dalam pelajaran formal dan non formal, olehnya itu pesantren ramah anak sangat diperlukan dan telah dilaunching. Sebanyak 25 pasantren di Sulsel juga telah menandatangani MoU pasantren ramah anak, juga 25 dinas terkait dan bappeda di 5 kabupaten agar bersinergi bersama mewujudkan pesantren ramah anak.